Senin, 18 Oktober 2010

Postkolonial itu Ternyata Berwajah

Postkolonial itu Ternyata Berwajah

Postkolonial yang disebut-sebut sebagai sebuah gerakan, kini nampak nya berwajah. Sejarah kolonial di pahahami, sebagai sisa dan hasil peninggalan negara jajahan kolonial.

Kini tampil dalam wajah berbeda, kata depan Post dalam arti sesudah, colonial “gerakan represi” dapat diartikan pula sebagai multi cara pandang, kebebasan untuk menafsir sekaligus membatasi pengetahuan.

Kurun waktu panjang, dari negara jajahan membuat peta dan mentalitas berubah, ekspresi dan kegiatan masyarakat Indonesia kono katanya di batsi, mulai dari aktifitas social, kemasyarakatan dan politik.

Kebebasan untuk menentukan kehendak ber politik, kegiatan ber pengetahuan hingga melakukan eksplorasi social saat itu tak kentara dan tak berwajah.

Cara pandang dan kenyataan tersebut membuat wajah budaya dan kenegaraan bangsa Indonesia konon katanya carut marut tak berwajah. Budaya yang seharusnya melindungi sekaligus mengayomi, berubah perannya menjadi binatang buas yang siap untuk menerkram.

Sejumlah pengamat gerakan colonial yang serius menekuni, begitu yakin jika kemudian colonial tidak hanya berkaitan dengan penjajahan atau refresif sebuah negara. Tetapi kemudian mendesain ilmu pengetahuan atau cara pandang yang picik dan stigma.

Hingga akhirnya modern yang sehatus nya membebaskan masyarakat dari kepentingan kelompok dan kelas social, kini akhirnya membuat kungkungan baru melalui cara pandang tertentu.

Jadi nya Colonial boleh jadi, mendesain segala hal berbau dan berwajah lain, pasalnya untuk melihat segala sesuatu yang berbau pengetahuan atas realitas “berubah dan tidak berubah” disesain menjadi satu pandangan.

Mensejajarkan gerakan kebudayaan postcolonial bersama post modernism, ada kesamaan logika, kesimpulan semangat gerakan. Jika kemudian post modernime berkehendak membebaskan pengetahuan dan tafsir dari satu cara pandang, hingga multi tafsir. Colonial memiliki semangat membebaskan kebelenggu pemahaman dan cara pandang.

Kedua nya begitu yakin cara pandang sangat menentukan identitas diri, budaya juga kelompok masyarakat, tetapi kemudian pemahaman tersebut tidak lah terbatas atau mutlak, tetapi bisa bersifat universal.
Lihat lah semangat gerakan melakukan perlawanan kedua nya, yakni semangat untuk mengejawantahkan semangat kekinian dengan multi universal.

Agar mudah dipahami, salah satu cara pandang dan contoh di bawah ini mungkin bisa membantu pemahaman terhadap post colonial, kenapa kemudian ada stigma atau pemahaman bahwa budaya barat lebih maju, jika di sejajarkan dengan kebudayaan timur yang memili sopan santun, mistik dan tidak rasional.

Kemudian anda mungkin akan mendapatkan jawaban yang telah terstigma dengan logika mutlak, hingga pengetahuan bahwa barat lebih maju dan rasional ketimbang timur tersebut hingga tak bisa di rubah kembali. cara pandang seperti itulah, kemudian disebut colonial pengetahuan.

Maka kemudian stigma serta pengetahuan yang bersifat universal, bahwa timur adalah lemah lembut, tidak rasional dan mistik menjadi identitas tersendiri baik dalam takaran diri atau komonitas.

Bersambung……………….

Selasa, 12 Oktober 2010

MENCARI PERUBAHAN

PERUBAHAN YANG DI CARI

anda mungkin pernah lihat bagaimana pedagang kaki lima harus berjualan dari pagi hinga malam hari, keluarga dan anak-anak nya terpaksa di lalaikan. anda juga pernah lihat bagaimana para tukang beca sekuat tenaga mengais rezeki sampai panas dan kehujanan.

sejumlah pedagang, pekerja bangunan dan masyarakat level bawah, tentu nya telah membuktikan kepada kita bagaimana mereka berusaha keluar akan keterbatsan diri. mereka adalah masyarakat pekerja keras, mau dan berusaha untuk keluar dari keterbatsan ekonomi, pengetahuan juga keahlian.

masyarakat miskin di negara kita ini, bukan lah para pemasalas, mereka boleh jadi adalah masyaralat pekerja keras yang sekuat tenaga, untuk keluar dari keterbatasan diri nya.

beberapa pengetahuan tentang dasar-dasar kehidupan atai falsafah, selalu menekankan akan tau akan dirinya sendiri, jika kemudian akan melakukan langkah eksistensi selanjutnya. mungkin pertanyaan nya sederhana, tetapi kemudian tidak mudah untuk mengurai jawaban nya.

mungkin yang terbaik dari jawaban itu lah, salah satu nya adalah mengurai keterbatsan untuk melakukan perubahan nya. keterbatsan seorang pedagang kaki lima dan pekerja tukang beca boleh jadi adalah gambaran, bagaimana mereka melakukan hal yang terbaik dalam hidup.

memang keterbatsan selalu di urai dengan kehendak untuk melakukan terbaik dalam hidup nya, memang hidup hanya beberapa tahun. dan kita hanya menunggu waktu nya untuk lebih menjadi.

keterkaitan antara fikiran dan kenyataan selalu ada ketersambungan, mimpi mimpi dalam hidup, akan mudah terjelma jika seluruh kemampuan dan keinginan nya selalu terus di perjuangkan.

heppi menekan kan dengan ideom mimpi tuhan, heppi menyimpulkan tidak ada dalam hidup sebuah keinginan tidak terjelma. jika kemudian pertanyaan kenapa orang menjadi miskin, tentu jawaban heppi, karena orang tersebut tidak memiliki mimpi dalam hidup nya.

jika kemudian pertanyaan yang sama di sampaikan ke para filosof, tenhtu jawaban nya berkisar, karena ia tidak mengetahui diri dan keterbatasan nya, banyak orang melakukan keajaiban-kejaiban dalam hidup agar keinginan nya mudah tergapai.

lantas bagaimana mengurai keterbatsan diri dengan menetapkan mimpi indah dalam hidup, tentunya saat nya kita mengurai kembali mimpi dan harapan dalam hidup. mimpi tersebut kemudian harus di catat setiap hari nya, lalu kemudian di barengi dengan kerja keras.

apa kerja keras dalam hal ini, item-item atau tanda-tanda yang berhubungan erat dengan harapan tersebut. bagaimana mengurai keterbatasan diri tersebut, salah satu cara dan langkah nya mungkin adalah melakukan manufer-manufer yang tidak biasanya.

kita harus melakukan atraksi yang mengagumkan dan tidak biasanya......

feri wahyudin

warnet gasibu