Selasa, 01 Juli 2008

DAWAI IRAMA

dawai ku...., ....

Sudah hampir satu bulan kami menunggu hari, malam hari kami berniat menghibur bersama tarian dawai ratu ronggeng. ratu asal kampung tempat kami mengabdi dan tumbuh layak nya manusia lain. jentikan jari dan tatapan mata ronggeng teringat ku pada mimpi sebuah harapan untuk lebih baik. memang ronggeng adalah ronggeng dan telah menjadi dirinya sendiri, malam itu kami terlibat obsesi ratapan tajam mata nya.

Tarian ronggeng nampak nya telah menyadarkan kami akan bapak kepala sekolah ku. tinggal di kampung nun jauh di sana sambil di selingi pohon rindang jalan menuju halaman rumah nya. bagi sosok kepala sekolah ronggeng adalah bagian dari cara kita dalam mengamini hidup, jalan setapak menuju kampung halaman telah memberikan ilmu pengetahuan baru dalam keberanaran.

Puluhan kilometer dari pusat kota dengan batu terjal dan gegunungan, boleh jadi jika pada saat nya nanti tarian tarian dalam hidup perlu ke cerdikan tersediri. pengetahuan jalanan membawaku ke alam serba nyata. memang nyata tidak semestinya benar, namun punya nilai kebenaran tersendiri.

Bagaimana kita, hari ini ku lalui memang tak seperti biasanya, dingin nya malam membangkitkan kami untuk merunut kembali dubaian kalimat dalam buku dan majalah ku. dituntut untuk berani membuka ruang kebebasan dan ruang kreatifitas. imajinasi seseorang telah menjadi modal utama dalam mengembangkan kebebasan nya untuk menentukan mana yang dianggap benar dan tidak benar.

Meski seolah-olah katanya kita telah terbiasa hidup di bawah payung kebenaran orang lain dan katanya, lalu kemudian jika kita tidak memiliki standarisasi kebenaran dalam menentukan langkah, apa lagi yang bisa di pertahan kan. kita semua mengakui susah rasanya untuk masuk ke ruang nyata tanpa ada interpensi apa pun.

Bisakan kah kita berusaha keluar dari jaring wajah orang lain, dan menjadi titik tersendiri tanpa orang lain, hal ini yang dikehendaki dari sejumlah pemikir sekaliber plato dan socrates dalam beberapa sumber nya..

1 juli 2008

feri wahyudin

Anak Bangsa