Selasa, 09 Maret 2010

Di Balik Kematian Noerdin M toop

Noerdin M top Ala Komarudin Hidayat

Secara implicit saya mempunyai kepercayaan kuat terhadap Tuhan, hingga sampai kapan sebuah kepercayaan mulai agak luntur. Namun jika nya, tak harus menunggu waktu lama dalam perubahan. Layak nya sebuah pendirian, naik turun biasa, baik dalam skema perubahan atau skema keyakinan.

Bayangkan saja, melihat sejarah bagaimana komonitas dan kelompok manusia terus memperbaharui sebuah keyakinan tersebut, hingga batas wilayah dan etnografi, keyakinan terhadap kemahaan nya (Tuhan, Good), tak pernah berhenti pada satu titik wilayah sacral.

Kenapa kemudian ini kerap kali terjadi di ambang batas krisis manusia, dalam pemahaman baik dalam skema hubungan manusia bersama alam, benda dengan realitas, atau manusia bersama tuhan nya.

hubungan tersebut boleh jadi telah membangun kan pemikiran baru. Sintesis pemikiran tersebut telah di sinyalir menjadi kebenaran untuk menembus murka tuhan. Dalam kasus Noerdin M toop dan kelompok nya ini mungkin sangat menarik.

Bagaimana kemudian manusia akan berusaha melakukan hal di luar batas dirinya, atau kenapa kemudian orang mau melakukan hal yang terdahsyat dalam hidup nya. Ada sebuah tindakan dan harapan untuk melakukan hal yang terbaik.

Manusia kerap kali dihantui dengan kemandegan kebermaknaan. Manusia takut dan tidak ingin terjerembab ke wilayah problem, karena ia selalu memberikan dua makna. Hingga membuat manusia takut,

Lompatan berfikir ini lah kemudian selalu di hantui bersalah kemudian di sikapi dengan kekuatan terdahsyat dalam hidup, seperti manusia mau melakukan bunuh diri. Dengan alas an memerangi musuh tuhan dan umat islam.

Ada lompatan berfikir bagi si pelaku, dia merasa telah melakukan dosa besar yang membuat tuhan murka. Jika kemudian kamu tidak ingin di murkai, maka beli lah kemurkaan tuhan dengan tindakan terdahsyat dalam hidup.

Komarudin hidayat menyebut nya dengan, “kekosongan realitas” inilah yang membuat orang selalu nekad dalam tindakan terdahsyat, mengisi yang tidak mungkin berbuat murka.

Kelompok yang berfikiran seperti itu, suka di istilahkan dengan sebutan komonitas sempalan. Mereka ingin meraih sesuatu tang terdahsyat dalam dirinya dengan melakukan tindakan yang dianggap merugikan banyak orang.

Sempalan dianggap terbaik sesuai dengan gerakan eksistensi ekstrim, di mata sosilogi tentu gerakan tersebut perlu manuper-manuper terbaru untuk melanggengkan eksistensi kelompok tersebut.

Mereka bergerak di tengah-tengah kerumunan dan symbol lawan kelompok tersebut, akibat jargon keberpihakan terhadap yang maha untuk menebus dosa terbesar dalam hidup nya.

maka nya kelompok ini, mau untuk melakukan bunuh diri jika dosa nya bisa di bayar atau di tebus. Aksi pengeboman dengan cara bunuh diri, adalah salah satu cara untuk menebus dosa mereka,

Ditengah hingar bingar nya, kesatuan dan persatuan… kita berada dalam kehangatan yang abadi.. diri nya kita yakini berdasarkan kehendak manusia tak kuhendaki. Dimana nya kita semakin hari semakin meyakinkan.

Pada saat semestinya, layak nya semakin kehangatan, yakinilah hingga batas waktu yang semakin menafsirkan hingga batas waktu nya semakin menjadi-jadi. Hingga batas waktu yang masih dalam panorama,

Di kemudian hari kita akan bertakbir dalam dunia maya hingga batas waktu tak bisa terkendali juga. Hingga kemungkinan menawai dunia tanpa batas dan tanpa tapal. Di akhir kesempulan, mereka bertakbir dan bertasbis hingga menuai kan kehendak jika kemudian kami ada bersama mereka.

Aku dan mereka bertakbir dan bertahmid, mereka menentukan nasib diri.
juga kami............


Feri Wahyudin

Maret 2010