Senin, 26 November 2007

KREATIF

KREATIF KAH..... kita,......kau dan kita.
Suatu hari sempat aku bertemu dengan teman lama diperempatan jalan kota ini. teman ku sejak di bangku sekolah sebuah kota besar memang punya segudang cerita yang unik dan menarik. kami memang terlahir dari sebuah keluarga biasa-biasa saja, untuk mempertahankan belajar dan bisa bertahan harus melakukan hal yang unik meski harus mengeluarkan darah. menata tentang masa depan dan arah jalan yang harus kulalui agak tak semulus apa yang dibayangkan, kita sempat dikejar tibum ketertiban kota saat melakukan rajia penertiban. barang dagangan ku sempat di bawa dan harus di tebus dengan sejumlah uang agar barang daganagn ku bisa kembali.
Bersama nyai sari, suasana semakin berubah, kita berdua mempertanyakan sejauh mana kita dianggap kreatif,.. belum juga terjawab kata pertama, muncul kembali arti inofatif sama munculnya sejumlah pertanyaan yang hampir mirif dengan nya.. aku tidak mengatakan banyak hal, meski aku harus bertanya-tanya ala orang pintar. yang jelas saat itu menggambarkan bahwa manusia kratif sangat aneh dan langka..
bayangkan untuk menjawab kata-kata itu, seharian penuh juga tak mendapatkan jawaban, anehnya hingga tulisan ini kita berdua masih dalam posisi yang sama, bertanya mungkin jauh lebih baik ketimbang kita tidak melakukan nya..
sesekali saya melihat bagaimana orangtua kita mengartikan kata 'kreatif" mas hernowo misalnya, perjalanan nya sebagai penulis beberapa buku kreatif selalu berpedoman bahwa menata gagasan cerdik unik dan tidak seperti biasanya merupakan bagian dari daya tersebut..
artinya untuk sementara kreatif berarti menata gagasan dan ide, melalui menulis setiap harinya hal tersebut akan mudah di gapai...

Kamis, 22 November 2007

MAAF KAN.....

apa itu "maaf"...kenapa kita harus meminta "maaf" ...

Kata maaf sering terdengar saat teman, keluarga juga kerabat mempunyai kesalahan. biasanya segala tindakan dianggap nyeleweng dan menyakitkan, maka kata dan langkah yang paling bisa diterima oleh lawan bicara juga lawan pertemanan adalah kata 'maaf'. secara tidak langsung kalimat tersebut boleh di utarakan jika kita berada dalam posisi bersalah karena menganggap ungkapan dan kebenaran yang kita yakini menyinggung banyak orang.

Dengan kata maaf memberikan kesan kita dalam posisi rapuh dan tidak bisa berbuat apa-apa. seolah-olah kata maaf memberikan ruang bagi subjek untuk mengakui kata bersalah. kenapa orang selalu memposisikan dalam kerangkeng bersalah dan rafuh, biasanya ada harapan yang terlalu jauh untuk sebuah perubahan baik dalam tingkatan eksistensi atau membuat citra didepan meja kehakiman umat manusia.

Kalau boleh komentar, kata maaf, sebagai langkah pencitraan diri manusia yang membiarkan dirinya pada status moral budak, meminjam istilah nietzche filosof dari jerman. sepengetahuan ku tentang filosof satu ini, banyak kebudayaan dan pemahaman tentang jati diri manusia terkontaminasi pada sebuah desain dan kerangkeng kekuasaan dogamtisme. kata maaf bagian dari lebel kekuasaan kalimat yang memberikan jarak antara subjek dan objek. diri yang bersalah dan diri yang tidak bersalah.. kalimat maaf memberikan kesan perbedaan status manusia di hadapan kebenaran mutlak.

Kenapa pula manusia harus meminta maaf, saat melakukan segala tindakan yang dianggap diluar batas kenormalan agama misalnya, atau di luar batas kesusilaan dan sistem sosial. seperti hal nya digambarkan diatas, kata tersebut selalu memberikan jarak antara aku sang hamba dan tuhan sang kholik dalam tradisi agama. atau aku sebagai budak dan tuan sebagai pemilik. jika kemudian saya melihatnya sebagai media dan cara untuk memperbudak identitas diri manusia sendiri.

Selain itu dalam pengertian dogma agama, kata maaf memberikan pengertian perihal upaya pemurnian diri, untuk menemukan hakikat dirinya di depan sang maha kholik. ritualitas dan norma diajurkan agama bagian langkah upaya pemurnian diri dari hal-hal yang tidak wajar. begitu juga dengan kata maaf, karena sejumlah kalimat dan tasbih di kumandangkan boleh jadi kita akan menemukan perihal siapakah tentang diri kita semua..









































Rabu, 21 November 2007

Normal kah Kita Semua

Normalkah Kita?

"jika anda ingin menjadi budak kepercayaan maka yakinilah, namun jika anda ingin menjadi pengikut kebenaran maka carilah..."

Diceritakan di sebuah kota besar di jawa barat, tumbuh sebuah komonitas yang kebiasaan nya unik, mereka kerap kali membongkar sebuah tatanan dan kebiasaan rutin warganya, mempertanyakan dan menganggap tidak masuk akal menjadi jargon dan alasan untuk disebut ada dan bereksistensi. layaknya sebuah irama dalam lagu, bergaya dan berpostur di depan meja pendidikan dan lembaga kapitalis sering kita terima, tanpa berusaha mempertanyakan semua nya. kita seakan-akan telah digiring ke jurang kenistaan dan mengangguk tanpa tanda tanya.

akibatnya kita selalu mengira jika kelakuan yang dianggap tdak seperti biasanya banyak orang lakukan, di hakimi menjadi tidak normal. terkadang pula kita selalu berfikir terhadap orang berteduh di pnggir jalan tanpa celana dan pakaian, bagian dari kata tidak normal...lantas apa yang disebut normal menurut anda. normalkah orang jika mempunyai kebiasaan merokok di padang pasir tanpa ilalang dan di sebuah otobis yang berisikan penumpang padat. atau normalkah kita yang setiap hari meminta untuk diberi kemudahan saat menjalankan hidup nya. pertanyaan yang sama juga diajukan kepada seluruh kebiasaan yang kita sering lakukan. lantas batasan mana yang dianggap normal dan tidak normal...

jurus jitu membongkar nama dan makna normal memang kita harus lakukan sejak dini, pasalnya barang kali kita semua telah tertipu oleh sebuah kebiasaan dan tradisi berfikir dalam kerangkeng kenormalan. artinya seakan kita tak mau disebut "gila" karena kita semua berusaha untuk tidak dianggap normal. dalam sebuah sistem sosial, normal biasanya di sesuaikan dengan keputusan bersama seluruh warga bangsa ini. jika diketahui ada kesalahan saat menyimpulkan yang berbeda dari pengetahuan dan pengertian sebelumnya maka hal tersebut sering dianggap tidak normal. melirik pengertian lain, layaknya pengetahuan psikologis, ada aturan dan prilaku yang dianggap normal dari semua tingkatan usia. prilaku manusia dianggap tidak normal jika keluar dari sebuah kebiasaan nya.

Batasan dan sekat untuk menjalin pengertian tersebut, seolah-olah sebagai langkah untuk mempermudah pengertian dan menghakimi banyak orang jika seluruhnya di bawah kendali emosional.

untuk sementara bagi kami normal merupakan sebuah proyek kesadaran, yang tak pernah berhenti pada satu titik. layaknya kesadaran, kerap kali di artikan sebagai proses pemaknaan tanpa henti. pengertian tersebut di bangun berlandaskan pengertian aku saat bertemu dengan kau dan kami. manusia normal yang begitu mengerti tentang siapa dirinya dan mengapa dirinya. karena kita semua selalu siap memposisikan juga memberi arti dihadapan misalnya kapitalsme, absurditas atau nihilisme nya.

secara emosional manusia normal suka yang tidak berharap saat menjalani hidup di sini dan sekarang. atau orang normal yang tida malu mengatakan tidak pada dunia meski harus berada di ujung tebing dan dihantui kematian.




feri wahyudin

anak bangsa

Selasa, 20 November 2007

Sisi Lain Dalam karya Sastra

Sisi Lain Dalam karya Sastra


Sisi lain matamu turut berbinar semerbak wangi tubuhnya di antarkan sejuknya aroma binar birahi mu. Sejak ku bertemu dan berkata-kata dengan kaidah kemanusiaan ingin ku katakan apa yang tersembunyi di balik aroma manis tubuh dan katamu. Ingin ku bawa jasad, birahimu ke alam yang tak pernah kau temukan sebelumnya. Di alam itu, aku kerak kali berkata apa yang tak pernah orang lain lakukan, ada nada asing kudengar,ada kata baru yang ku dengar, ada manis manjamu di bilangan samudra kata nya. Namun aku hanya bisa bertasbih atas nama tuhan ku, ku katakan padanya bahwa nasib memang bisa berubah, tapi kemudian irama nya tak seiya sekata dalam diri yang masih bertebaran dan ritme hidup kini dan sekarang.


Ingin ku muntahkan nada sambung, lembut, bijak. Namun penghuni alam itu tak rela jika kemudian aku harus bertelungkup di alas kaki sang penguasa. Aku tahu betul, dikemudian hari irama nasib ini akan kembali berubah saat sejumlah tanda dan kata merangkai. Dalam tradisi penulisan novel, pada masa kini sosok pengarang kembali di pertanyakan, sebuah kata, kalimat di pertanyakan bersama dengan sosok sang pengarang. Dalam kata dan karya ada jarak yang mempertipis irama penafsiran. Sosok tokoh dalam cerita novel, menjadi tak mempunyai arti tetap ketika pengarang tidak terlibat aktif didalamnya, tidak heran kemydian banyak karya sastra bagian dri cara untuk menggambarkan sisi perjalanan sosok tokoh.


Kini tradisi budaya pascakolonial, sebuah gerakan peradaban tengah berusaha menggugat calon tokoh dalam sebuah novel, pasalnya karena kerap kali ada kecenderungan mengartikan sesuai dengan sekehendak nya.


Menurut sebagian kritis sastra dalam beberapa tulisan menoreh sebuah artikulasi tokoh dan peran bisa diupayakan sebagai langkah dalam mendapatkan penghargaan nobel dari sang pengarang atau penulis. Dalam tradisi pascakolonial ini saya melihatnya langkah ambiguitas dan tak mempunyai arti penting dari sebuah karya nyata perjalanan sang pengarang, disaat beberapa pemikir barat mengistilahkannya dengan sang pengarang telah mati, tidak hanya tuhan dan manusia yang telah mati, kini sang pengarang dalam tulisan itu juga telah dirudung masalah. Jika memang kondisinya demikian, apa yang kemudian diharapkan kini dari kita bersama… apa yang diungkapkan plato saat dirinya menggagas naskah besarnya…..


Dalam puisi dan sajak saeni seperti dilansir Goenawan Muhammad, Saeni baginya tak seperti sastrawan lainnya. Karya terbesar yang dituliskannya, Saeni memakai kalimat dalam bingkai ide baku, dengan dukungan kehidupan nyata. Sebagian sastrawan mengkategorikannya dengan sastra realis, Jika dibandingkan dan dirata-ratakan dengan sastrawan lainnya, mereka biasanya membuat sebuah karya sastra dengan berpedoman sama-sama dari hidup disini dan sekarang, kemudian proses persentuhan ditarik ke alam ide. Tidak bagi Saeni, dirinya bisa melahirkan ide dan gagasan sastra mutlak, yang tentu bisa merubah hidup sang pembaca. Bagi Saeni sang pembaca tidak pada posisi pasif dan menerima, kemudian di suguhkan sejumlah pertanyaan. Tetapi membaca karya Saeni, kalimat sastranya seolah akan memberikan solusi jelas bagi sang pembaca, saat mereka bersentuhan dengan karya saeni. Disini menurut Goenawan, karya saeni di kategorikan pada basis filosof Plato.

Membaca karya saeni, kita bersentuhan dengan cara terselubung dalam jelajah sajak-sajak dan puisi-puisi saeni. Seolah-olah telah terbaca cara solutif dalam memecahkan hidup saat manusia tertimpa dan menerima, dengan segudang ide yang tertera dalam karyanya itu, sang pembaca tidak dibuat bingung. Lagi sastrawan besar seperti saeni begitu menghargai kepada sang pembaca, proses dialog dikedepankan dalam upaya menyelesaikan hidup nya bersama tetangga dan juga teman pembaca. Karena kita juga menganggap, apa artinya jika kemudian teks sastra setiap dibaca justru memunculkan segudang masalah dan bukan membuat solusi, kondisi tersebut menjadi sebuah karya sastra misalnya, dianggap tak bernilai gagasan dan ide cemerlang. Sang penulis boleh jadi hanya mengumbar ide dan budaya yang mereka pahami sendiri dengan kepentingan dalam proses perubahan sang pembaca. Pasalnya dalam sejarah dunia global menjadi subjek otonom dan mampu memaknai dirinya sendiri memang agak sulit dan rumit. Dalam artian dalam dunia pascakolonial mencari efistimologi mandiri agaknya sulit, menjadi diri nya sendiri lepas dari jajahan tak semudah apa yang kau bayangkan. Saeni rupanya berusaha sekuat tenaga membongkar kerangkeng tersebut, lebih jauh dari itu semua kita memerlukan teori ala bhabha misalnya sebagai alternatif upaya dalam proses pembongkaran hubungan antara teks dan bahasa. Kaitannya dengan hubungan teks dan realitas yang membebaskan, bagaimana membebaskan teks dari kekangan, aku yang berbahasa. Kita berusaha menelanjangi dengan bantuan dengan teori bhabha sebagai upaya membongkar itu semua.


Teori liminalitas bhabha bermaksud menelanjangi pertentangan yang keliru antara teaori dengan praktek, khususnya dalam dunia pascacolonial. Dengan dekontruksi ia ingin menggagas kembali oposisi biner yang sudah terlalu disederhanakan sebagai penjajah dan terjajah. Dengan oposisi biner ia ingin menghidupkan kembali ruang kosong antara teori dan praktek. Hubungan keduanya kerapkali menjadi ajang pertarungan politik, seluruh berita digiring kepada kepentingan satu kelompok dan organisasi tertentu. Berita bisa dianggap tidak hanya sekedar hubungan dan menggambarkan realitas dan berusaha menggambarkannya, menurut bhabha tidak sesederhana dalam proses menceritakan dan penggambara, seperti halnya saat bercerita tragedi pembunuhan misalnya. Saat upaya itu berlangsung ada ruang ketiga, diantara cerita realitas atau praktek, apa ruang itu semua, tidak lain adalah teks. Hubungan si aku dengan teks sama dekatnya antara aku dengan bahasa, jadi ruang ketiga itu adalah teks dan bahasa. Inilah ruang yang bisa menggambarkan sebuah kebenaran kenyataan.


Apa keuntungan itu semua bagi kita yang setiap hari bergelut dalam dunia teks pemberitaan, tidak lain adalah sebuah interpretasi dari realitas dan praktek. Dalam media pemberitaan selalu dibangun pada dua tahapan, yakni sosok reforter sebagai subjek dan realitas berita sebagai objek. Jika disanding dalam dunia global dan kaitannya dengan teori diatas, maka Sosok reforter akan berhadapan pada persoalan terjajah dan penjajah dari kepentingan teks berita, mungkinkah kita berada pada posisi menggambarkan dan bercerita perihal kebenaran isi berita, tentu harus ada penelitian khusus, mengenai itu semua.


Yang saya pahami dari teori liminalitas bhabha terkait mengupas hubungan antara si pencerita dengan teks atau bisa disebut berita dan realita, adalah upaya bhabha dalam membangun identitas baru dari krisis epistimologi, istilah kerennya. Boleh jadi bagaimana teks berita tidak dibangun berlandaskan bangunan subjek dan objek tetapi ada keterlibatan aktif antara kepentingan keduanya, tentu juga berlandaskan dasar bahasa yang sama.


Konkritnya mungkin gembaran diatas bisa di beri contoh dengan tangga, hubungan tangga bawah dengan tangga atas akan mengantarkan seseorang kepada ruang ketiga, istilah bhabha. Dalam kasus hubungan teks dan realitas ini, teks dan realitas tidak dapat diartikan sebagai pertentangan antara bawah dan atas atau hitam dan putih yang membuat satu menang dan kedua kalah. Tetapi antara berita dan realitas, menjadi ajang interaksi simbolik yang akan menghantarkan kepada ruang ketiga atau ruang ambang. Lantas menurut bhabha apa fungsi ruang ketiga dari sebuah pemberitaan tidak lain adalah teks. Teks barang kali dapat dihadirkan menjadi sebuah novel, film dan berita, yang didalamnya aneka pemaknaan tetap dilakukan. Disini boleh jadi dapat membedakan antara menulis sesuatu dengan mencatat sesuatu, sebab menulis juga memberikan makna didalamnya. Jadi menulis berita juga memberikan makna didalamnya yang tentu itu semua sebagai upaya dalam menemukan sebuah kebenaran dan keadilan dari hubungan antara reforter dengan realitas.


Ini adalah bagian dari upaya kita untuk membongkar kebiasaan buruk kita, yang selalu menyalahkan setiap apa yang dilihat dan dirasakan. Ini adalah upaya kita agar tidak terkecoh dari kebiasaan rutin yang melelahkan, adalah bentuk untuk memperjelas bagaimana seharusnya kita membangun identitas dari sebuah rutinitas sehari-hari. Tetapi kawan sebuah upaya tidak harus dibarengi dengan penyesalan, boleh jadi akan bermanfaat di kemudian hari.


Manusia, teks dan bahasa

Meminjam istilah seno gumilar ajidarma, dalam salah satu tulisan dimedia jawa barat pekan lalu, seno melihat ada keterkaitan yang erat antara aku dan bahasa. Bahasa sebagai medium mengumbar diri dan ide, telah menjadi media alternatif dalam menyampaikan sesuatu dan pesan, karena dengan itu semua dirinya bisa disebut sebagai subjek kreatif, istilah filsafat eksistensi menjadi bagian dari eksistensi nyata. Dalam artian begitu eratnya hubungan keduanya, sehingga bahasa mendapatkan porsi yang khusus dalam sejarah filsafat. Oleh sebab itu, menurutku bahasa yang dipakai sehari-hari oleh kita bersama tentu mempunyai logika dan budaya nya sendiri, tidak percaya kita buktikan.., saat manusia hidup dalam sistem sosial, di sisi manusia di bangun pada dua aspek kejiwaan. Dua aspek kejiwaan tersebut yakni Super ego dan ego, aspek kejiwaan tersebut berusaha menjembatani saat di rudung ketidakseimbangan realitas. Maka budaya disebut juga bagian dari hasil solusi bersentuhannya kedua aspek tersebut. Contoh yang paling populer di kalangan budayawan yakni disisi lain manusia di tuntut untuk berbuat baik, saat bersamaan juga manusia ada keinginan dalam mengingkari kabaikan dirinya.


Bagaimana tidak kawan, kalimat bawah misalnya dalam bahasa indonesia mempunyai makna berbeda yang dipakai dalam bahasa sunda, sama hal nya dengan arti bawah dalam bahasa inggris. Hal serupa juga dengan contoh bahasa populer lainnya. Tidak hanya sampai disitu, kebiasaan berfikir dengan memakai logika bahasa sehari-hari begitu berfengaruh saat berusaha menggambarkan kenyataan dan realitas yang lebih besar, misalnya dunia dan alam diri.


Disini saeni memposisikan sang pembaca tidak dalam keadaan pasif, diam sebagai orang yang menerima, tetapi malah sebaliknya. Sang pembaca teks diajak untuk berdialog untuk mencari solusi terakhir sebagai alternatif dalam memecahkan masalah, boleh jadi dirinya berfikir teks mengandung segudang budaya yang melarbelakangi yang akan mempengaruhi ide di balik sebuah karya sastra.






Selayang Tentang Dekontruksi

Selayang Tentang Dekontruksi


Menulis lah dengan darah,

karena darah adalah semangat…


Sudah lama kau tidak lagi bercerita dalam surat, biasanya setiap pagi kau simpan di depan kamar pribadiku, sudah hampir dua bulan lebih aku tak juga melihat kebiasaanmu mengumbar pikiran karya terbesar anak bangsa ini. Kini kau sudah mulai melupakan nya, mainan barumu dalam bercerita tentu di kagumi banyak orang. Tetangga kamar kost mu, kerap kali suka nyuri-nyuri ide saat dirudung segudang masalah. Malam ini aku tak menemukan gairah energi dalam bathin dan jasadmu, agaknya kau lelah dalam kegiatan rutin yang membosankan. Bunyi musik terdengar hampa tanpa nada, suara itu tak mengeluarkan konsonan, seluruh nya diam dan tak begitu mengumbar perihal nasib di bilangan jalan sukaluyu kota bandung.


Seperti pepatah kata di atas, semangat menulis harus di bina setiap kali kau melangkah ke mana saja jarum jam mengajarkannya. Darah bagian langkah saat kita mengejar mimpi dalam hidup mu, karena darah tidak hanya sebagai saksi tetapi juga telah menjadi sisi lain saat kau mengumbar segudang mimpi. Menulis dengan darah bagian dari upaya menusia untuk bisa di upayakan, meski kita harus mengeluarkan segala bentuk penyesalan, namun itu semua adalah nasib. Darah dan menulis adalah nasib hidup mu, begitu juga mengumbar gagasan nya.


Kita sering di hantui rasa ketidak puasan terhadap masa dan waktu, perihal waktu sering membayangi nasib penuh dengan darah perjuangan. Darah mengalir menjadi saksi bisu dalam perjalanan mengumbar tentang apa saja, ya perihal apa saja… aku sering membayangkan ada perubahan nyata yakni perubahan esensial dalam hidupmu. Dekontruksi bagian dari langkah untuk menggapai perubahan nasib dari sebelumnya, bagaimana caranya itu semua bisa terjadi, kebiasaan usang yang kau pertahankan harus rela dibuang ke bak tong sampah. Dekontruksi juga akan melahirkan eksistensi diri yang berbeda dari sebelumnya. Namun sejumlah kendala selalu menghantui dalam upaya tersebut diatas. Apa yang diajarkan dalam sejarah dekontruksi, memang tak semudah dan begitu saja terjadi seketika, ada keinginan kuat dalam diri untuk menancapkan artikulasi kemapanan dalam hidup mu, tapi ingat tidak begitu saja.


Secara sederhana Dekontruksi berarti berbeda dari kebiasaan sebelumnya, kebenaran dipahami tidak pada wilayah mutlah dan tak bisa di rubah, karena kebenaran merupakan sejarah hidup manusia saat berada dalam kebuyaan nya, dalam ajaran islam diajarkan bagaimana proses diri untuk lebih baik dari hari sebelumnya, di artikan dengan kebiasaan melakukan upaya introfeksi dan perenungan. Menimbang dengan dekontruksi membuat kebenaran ladang interpretasi manusia nya sendiri, jargon hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya meyakinkan bahwa peran dan artikulasi waktu disesuaiakan dengan kepentingan pada kebutuhan massa. Menulis juga menjadi anak waktu menuju massa perubahan dalam meningkatkan eksistensi dirinya sendiri. Karena dengan membaca hal yang tak mungkin terjadi dapat ditata sesuai keperluan dalam hidupnya sendiri. Akhirnya dialogis antara keduanya harus dijadikan paradigma baru dalam berupaya menggapai dekontruksi diri. Karena dengan inilah mungkin segal mimpi dalam hidupmu dapat mudah di gapai.


Sepengetahuan ku tentang dekontruksi ala heidegger sebagai langkah baru saat dirinya di kungkung dengan paradigma gereja, yang membuat masyarakat umum atau warga barat terkungkung dan asik dengan sebuah kebenaran tanpa mempertanyakan terlebih dahulu. Sehingga yang terjadi saat itu adalah proses rasionalitas manusia sebagai kekuatan masyarakat barat telah hilang diterjang dogma. Dekontruksi menggapai datang sebagai upaya melakukan perubahan mendasar dalam budaya dan eksistensi dirinya. Bagaimana jika kemudian kerangka heidegger itu menata kembali cita-cita untuk membingkai kembali ekesistensi yang kini mulai redup kembali.. jika kemudia ini di jawab dengan sejumlah ide dasr dalam perubahan itu banyak kata dan kalimat yang harus ku muntahkan. Tulisan ini akan berisikan sebuah angan-angan tanpa nyata, karena keinginan dan cita bagai kabut yang hampa dan tanpa nyata. Lagi-lagi heideger dalam dekontruksinya mewanti-wanti perihal sebuah kebiasaan yang harus mulai ditinggalkan meski dianggapnya terlalu berat. Kebiasaan telah menjalin kerja sama untuk di bina serta ditata di tembok rak bangku kamarmu, karena kebiaaan selalu melahirkan daya dan kemampuan yang selalu melahirkan kebahagiaan. Kenapa banyak orang berat untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, karena mereka muak dengan hal baru yang memusingkan itu, padahal setiap wilayah asing perlu ditelusuri didalami kemudian di legendakan dalam hidupmu.


Mengapakan banyak orang tidak ingin meninggalkan sebuah kebenaran mitos jaman purba dulu, karena barangkali mitos telah melahirkan sebuah kebenaran yang membuat orang setidak-tidaknya bahagia dibuatnya. Mereka tidak ingin berkembang ke wilayah yang asing, karena setiap tata ruang baru pasti memerlukan sebuah energi yang beda dari sebelumnya. Perlu kerja keras di buatnya, ya minimal tidak bisa tersenyum saat warga kebanyakan berbunga-bunga. Apa selanjutnya pesan heidegger tentang dekontruksi, langkah awal nya adalah katakan tidak kepada kebiasaan mu saat ini. Katakan tidak pada cara berfikir saat ini, katakan tidak pada catatan hidup mu saat ini. Jika kau bisa melakukan itu semua, maka kau mulai memasuki babak baru tentang perjalanan hidup mu…jika kau komitmen pesan yang ditaburkan bapak rasionalitas ini, kau akan bertemu apa yang kau cari saat ini. Ingat bagaimana kemudian filosof nietzhe harus menanggung derita panjang saat dirinya mentidakkan terhadap hidup, bagaimana dirinya harus di usir oleh sejumlah masyarakat saat dogma lama menghakimi dirinya, bagaimana kemudian dirinya harus bertatapan dengan kawasan baru yang perlu penataan baru kembali. Tetapi kemudian kawan ide dan irama diri nietchze di acungi jempol banyak kalangan.


Kita memerlukan itu semua, kita penting untu belajar banya terhadap ide heidegger dan nietczhe meski tidak semuanya, langkah yang diperlukan saat ini kemungkinan besar upaya reontruksi besar-besaran tentang jadwal jam istirahat. Cukuplah kirnya saat ini untuk bangun malam untuk melakukan langkah strategis menata kembali harapan dalam bathinmu, baca kembali buku-bukumu yang kau belum sempat dimengerti. Ungakpakn lah apa katanya tentang hidup ini, mustahil usaha itu semua tak mendapatkan harga mati dalam meraih harapanmu ke depan. Kamar kecil di sukaluyu kini menjadi saksi bisu saat upaya dan jerih payahmu terus di perjuangkan demi kepusaan dan menata hal kemungkinan masa depan. Ada banyak cara jika kau ingin, seperti kegiatanmu saat ini menjdi reforter, selalu berharap banyak terhadap orang lain. Karena orang lain adalah aset untuk dirinya, dan jangan sekali-kali orang lain itu disebut neraka. Belajar dari mereka semua.. karena kita tak ada yang dapat dipertruhkan hanya kekuatanku untuk menulis kembali sejarah diri dan bangsa ini. Menulis bagi kam adalah tanggung jawabku terhadap diri dan bangsa ini. Ingin ku tebarkan seluruh ide dan kosnseptual agar mereka tahu bahw hakikat hidup bukan saja kemunapikan dan megejar mteri sesaat, namun ada upaya dan langkah dalam hal didalamnya.


Kata nietczhe menulislah dengan darah….dan disitulah kau akan temukan bahwa darah adalah semangat………,


Pertemanan segitiga para filosof asal jerman, memberiakn pelajaran berarti perihal hak kemanusiaan bagaimana kemudian dikatakan nietchz orang yang menggagas manusia super, terjerenbab kepada keheningan dan kesunyian sendiri. Diam di kamar sederhana di kawasan salah satu kampung di negrinya para naji atau jerman, suasana keheningan, sendirian tersebut menjadi suasana kebiasaan kebiasaan sehari-hari. Ingin seperti kebanyakan banyak orang, berharap mencintai wanita idamannya dikatakan bagi dirinya sendiri dan tidak bagi orang lain. Akan kan percintaan segita yang dilakukan oleh nietczzhe sebagai sebuah pelarian saat harapan untuk dicintai wanita idamannya tidak kesampaian…boleh jadi begitu, karena percitaan segitiga dengan perempuan muda asal jerman ini, banyak hal yang dikatakannya.


Tetapi kemudian hal yang didapat dari perjalanan dirinya adalah keheningan melahirkan karya terbaik dan handal, ada kata dan kalimat yang tak biasanya d keluarkan. Keheningan bagi dirinya tak seharusnya untuk disesali, tetap kemudian di amini sambil membuat karya terbaik dalam hidup, apa yang dikatakan nya saat itu amini itu semua, telusuri jejak keheningan, saat kau berada didalamnya kau akan menemukan hakikat kebenaran dan kemungkinan kau bertemu dengan tuhan. Bagaimana nietczhe mencintai wnita idamannya itu,…, melalui gagasan manusia super wanita bagi dirinya sebagai ladang yang membuat utuh perihal jati diri sebagai manusia power.


Dalam perjalanan menata gagasan filosof nya itu sang legendaris filsafat radikal harus berhadapan dengan beberapa penyakit ganas, diketahui semakin hari penyakit yang dideritanya itu semakin mengancam nyawanya. Berawal dari jatuh yang membikin nietczhe tak bisa lagi berfikir dan menulis tentang masa lampau dan masa yang akan datang, yang kemudian nietczhe harus berada kembali di pelukan ibunya yang sudah tua. Tak lama kemudian ibunya harus menghadap ke dunia lain, adiknya yang paling kecil itu lah yang bisa menyelamatkan karya terbesar kakak nya dan berusaha membangkitkan kembali dengan dokumenter serta memplubikasikan karya terbaik nietchzhe, dengan dibantu sang penelti sparto zarathustra, dan jadilah sekarang, sebuah gerakan filsafat baru mengungbar dan mengobrak ngabrik tatanan filsafat modern berbasis empirisme. Dan jadilah kita sang jarathustra dari sukaluyu.


Begitupun dengan kita kawan…, ah dalam urusan mencintai seorang wanita kelas menengah tak juga didapat. Belajar dari arti sebuah mimpi ala umar kayam, perbedaan kelas dan kebiasaan dalam sebuah rutinas kerap kali menimbulkan kebiasaan yang tidak seperti biasanya. Ploretar berarti juga sepi, hening, dan katanya usaha tanpa lelah dan panjang bagian dari upaya untuk diakui. Diceritakan bagaimana seorang pemuda dengan sekuat tenaga bekerja banting tulang di kota besar hanya untuk menentukan nasib diri untuk menjadi priyayi. Bagi kayam perbedaan kelas dan keturunan menjadi penomena dan pemandangan dalam perjalan penokohan dalam novelnya, gagasan identifikasi kelas kerap kali membayangi isi, bagaimana kemudian perbedaan kelas membuat kata tak sepadan dalam menyimpulkan inti masala dalam hidup. Suasana aroma novel kayam seolah terjelma dalam perjalanan tokoh saya saat mengumbar nasib untuk mencintai seorang wanita kelas menengah, tak sepadan, kata sepi, gelap dan tidak pernah menjawab bagian dari suasana, begitu terlhat jelas saat irama itu menuai kebencian. Apa yang dikata, apa boleh buat, seluruh kemampuan itu tak membuat dia jera dan tunduk di hadapanku. Padahal saat itu pun, segala kemampuan dan keseriusan untuk membina lebih dari ala kadarnya telah ku muntahkan, nasib sial diterima tak ada kata dan kalimat yang keluar dari mulutnya perihal kebenaran. Malam itu membabi buta, membumihanguskan tatanan hidup, malah kebiasaan juga luluh berantakan di hantam badai kenistaan. Jadilah malam itu malam kelabu buat dirinya. Beberapa kali perkenalan dengan wnita idaman. Tak ada kalimat yang bisa membuat dirinya gembira. Barang kali kau juga pernah merasakan hal sama perihal malam kelabu, meski saya juga tahu kadar gelapnya memang agak berbeda diantara kita. Tapi ini adalah pelajaran berharga bagi diri, bangkit dari keterpurukan upaya untuk mentasbihkan kembali perihal eksistensi diri disebut manusia utuh. Kita telah diajari banyak gagasan tentang nya, saat ini aku hanya ingin mengatakan kembali perihal perkenalan kita, aku hanya ingin berkata apa adanya nuansa keharmonisan bisa ditata sedemikan rupa manakala kita bertasbih demi diri untuk berkat apa katanya. Aku hanya ingin kita melakukan hal yang serupa dalam meraih apa yang diinginkan, tapi jika kemudian kau juga tak ingin kita berada di dalam satu rumpun tak apalah, nasib sial biasa kami temukan di padang pasir tandus. Kali ini kami hanya punya kendali seperti biasanya, nyonya kau memang agak berbeda dari umumnya wanta yang kukenali, keunikanmu kini tak mempunyai narti pentng dalam hidup ku, dan kali ini aku kemungkinan terpaksa untuk mennggalkanmu, karena aku juga tak harus begini adanya, mudah-mudahan kau selamat di hari kemudian. Dan selamat jalan kawan, lain kali kta bertemu di suasana lain, akan ku doa akan kau akan kembali menemukan kebahagian dan bergembira. Terima kasih.



Kota Oran di serang wabah sampar ala albert camus

Kota Oran di serang wabah sampar ala albert camus

Wabah penyakit sampar yang telah membinasakan banyak orang telah menyerang warga kota oran, dalam cerita yang ditulis camus ini, sedikitnya menggambarkan peristiwa serangan penyakit yang telah menyerang warga oran. Tidak hanya itu, camus juga menggambarkan bagaimana orang menanggapi dan bersikap di tengah bencana massal tersebut. Lain dari pada itu semua, yang lebih penting mungkin adalah keterlibatan kita sebagai pembaca dalam permenungan tentang eksistensi manusia itu sendiri.

Sebenarnya manusia tidak bisa merubah takdir, nasib diri dan sejarah, yang bisa diperbuatnya adalah melawannya…..

Oran boleh jadi negeri dermawan yang menaungi ratus ribu warga, negeri ini terkenal dengan kehidupan warga harmonis, bertetangga dan juga rukun. Namun tak lama kemudian negeri rukun tersebut secara tiba-tiba di serang penyakit memilukan yakni penyakit sampar. seluruh warga republic ini secara tiba-tiba tak ingin mendengar dan tak mau bercerita perihal satu penyakit yang belum ada obatnya. Mereka menilai bahwa Sampar adalah symbol kemalangan, kejahatan dan kesewenangan atau apapun namanya yang kerap kali menimpa manusia.

Dalam awal cerita, oran telah menyerang negeri sampar. Tak seorang pun mempercayai dan berani menceritakan perihal penyakit sampar. Seperti biasanya, pejabat teras pemerintah enggan untuk membicaraknnya, karena dianggap telah membuang-buang waktu. Dengan tertatih-tatih pejabat itu menolak ide adanya oran di negeri mereka, bahkan mereka menyepelekan peran warga, menurutnya warga tidak mungkin untuk berfikir tentang penyakit tersebut, wong mereka memikirkan kesehariannya juga kalang kabut. Kini Warga terpatri dengan kebiasaan keseharian, mereka sibuk memikirkan perihal rutinitas keseharianny. Boleh jadi banyak warga tak mungkin percaya, kalau memang penyakit tersebut belum berada di depan mata dan halaman rumah mereka.

Dalam awal cerita bagaimana digambarkan pemerintah setempat telah mengambil tindakan yang semestinya jauh terlebih dahulu bertindak. Ketakukan membuat mereka kabur akan masa depan politik nya, pejabat bingung saat ribuan tikus hilir mudik dikota sampar dengan membawa penyakit yang mematikan itu. Lalu kemudian untuk memanipulasi terhadap rakyat, pejabat membikin papan pengumuman perihal negeri sampar telah terserang penyakit sampar. Tetapi kemudian pengumuman tersebut di simpan d pojok kota yang tidak kelihatan banyak warga. Baru setelah ribuan warga jatuh korban, rumah sakit dipenuhi pasien dan dokter kewalahan merawat pasien, lalu kemudian pejabat membuat pengumuman perihal penutupan kota oran, dan kota tersebut untuk sementara ditutup.

Selang beberapa bulan dari penutupan kota oran, penyait semakin merajalela dan pejabat semakin bingung saat ratusan nyawa melayang setiap minggunya. Dan pemerintah kehabisan akal sehatnya, harus berbuat apa saat ratusan nyawa melayang setiap harinya, semakin hari semakin penyakit sampar merajalela. Meningkatnya korban yang berjatuhan itu, membuat warga terbangun dari tidurnya, mereka tidak lagi disibukkan dengan kegiatan sehari-hari. Karena sampar telah meluluhlantakan dan menghambat perjalanan perekonomian serta rutinitas keseharian warga. Kini sampar menjadi pemikiran semua orang.

Kini kebiasaan warga seperti tidak biasanya, rasa ketakutan, kesepian kemarahan dan pemberontakan menjadi sentiment warga oran. Warga juga membentuk kolektifitas dalam memerangi sampar agar tidak meraja lela. Namun musim panas datang, membuat upaya warga sia-sia, dan ribuan nyawa terus melayang setiap minggunya. Pada bulan agustus, sampar mencapai puncaknya, bahkan pada bulan ini sampar menunjukkan keganasannya. Karena setiap minggunya ratusan ribu nyawa melayang. Basa basi penghormatan akhirnya dilabas warga, jika pada awalnya jasad manusia yang meninggal dunia di kuburkan sesuai dengan kebiasaan keyakinan dengan segala macam ritual, semakin hari korban terus berjatuhan, akhirnya jasad mayat itu pula di kuburkan massa di lapangan bebas agar penyakit sampar tertimbun dan tidak menyebar ke berbagai pelosok kota. Rupanya langkah itu tak mengurangi mayat tertimbun. Akhirnya jasad mayat korban penyakit sampar dibakar di crematorium, asap tebal pembakaran dan bau mayat merebak dan kota oran gelap, lumpun dan bau mayat terbakar. Akhirnya oran berada dalam gelap mati, pemerintah bingung harus berbuat apa menghadapi serangan penyakit sampar itu….

Beberapa bulan kemudian, sampar masih menjadi tragedy. Sampar masih menjadi panggebuk nyawa warga kota oran. Tetapi kemudian para suarelawan disiapkan untuk melawan penyakit sampar. Beberapa orang sukarelawan sempat menjad korban dari penyakit ini. Tetapi kemudian ada dokter telah menemukan obat dalam menanggulangi serta melawan penyakit itu yang dicoba kepada sukarelawan, lalu kemudian korban mulai menurun. Tetapi kemudian di akhir cerita sampar, kata dokter rieuk tikus yang membawa bahaya malapeta, dan tikus telah menggelepar dan kemudian terdiam di juru- kota dan bersembunyi di setiap pertokoan. Menurut dokter penyakit tersbut bukan musnah tetapi bersembunyi.

Hal serupa juga terjadi di negeri ini, negeri indonesia yang sedang terkena krisis serta bencana berkepanjangan. Rupanya sampar telah masuk ke negri ku, saat dimana warga disibukkan untuk memikirkan makanan dan politik, saat itu pula oran dengan jenis plu burung merebak di setiap penjuru kota-kota di negeri Indonesia. Awalnya penyakit satu ini, tak dianggap gila, namun seketika menjadi khawatir saat ratusan orang berjatuhan secara serentak dan tiba-tiba akibat gejala yang sama dari penyakit gila satu ini.

Bagaimana tidak khawatir, sejumlah anak dan orang tua terus berjatuhan tak memandang usia dan ekonomi. Penyakit ini memang misterius, ia masuk ke setiap penjuru kota dan rumah tangga, manusia yang menjadi korban dari nya telah menjadi korban dari keberingasan penyakit satu ini. seluruh warga tak tau harus berbuat apa dan mengapa. Tak sampai disitu sama seperti halnya negeri oran, pemerintah tak bisa berbuat apa-apa untuk pencegahan menahan penyakit satu ini, yakni penyakit plu burung.

Aku sich melihatnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat ini hanya sekedar prilaku sesaat dan tidak berkesinambungan. Dalam sketsa itu, mereka telah menjadi korban dan menderita atas keganasan isu, bagaimana segenap warga dibuat berhadapan kepada ruang tanpa batas. Mereka telah menjadi korban kepentingan bagian kelompok warga yang sama-sama tinggal di bumi pertiwi ini.

Selain itu media informasi tempat memberi keterangan dan pencerdasan bagi segenap warga di negeri ini, telah membuat mereka kalang kabut di buatnya. Bagaimana tidak mereka telah menjadi objek dari pemeberitaan, mereka telah dihakimi infomasi.


Bertemu kembali dengan cerita caligulanya camus

Sejak tahun 1941 ahirnya camus dengan serius meneliti perihal penyakit yang bisa melumpuhan manusia. Saat tahun yang sama camus juga merampungan karya absurt nya dalam karya kaligula. Jika dalam karya pertama Caligula, menceritakan bagaimana manusia melakukan pemberontakan seorang diri, namun dalam karya selanjutnya bagaimana manusia melakukan pemberontakan tak hanya sendirian tetapi dilakukan secara kolektif dan kebersamaan.

Lantas apa arti absurd menurut camus, pengertian tentang itu bisa didapat dalam karya Caligula. Yakni seorang kaisar romawi mengartikan bahwa manusia mati, dan mereka tidak bahagia. Karena itu pula kaisar bisa bertindak sesuai keinginannya, dan akan membuat takdir tragis bagi seluruh manusia sebagai budaknya. Jika warga dalam sebuah negri ingin berada dalam kelaparan, maka buat lah mereka dalam kondisi kelaparan, maka kaisar itu selalu bertingkah seperti dewa, untuk menjalankan apa-apa yang absurd, yang tidak dapat dimengerti. Akulah sang pembuat takdir. Maka dalam posisi seperti itu manusia bebas dan sedang memerangi absurditas, maka sebab itu pula manusia bisa disebut sampar, penyakit yang akan membinasakan banyak orang.

Dengan tidak mengiuti logika, manusia dengn tanp berharap dan tujuan ini lah dirinya telah berada dalam absurditas. Sebab bencana akan dating kapan saja di kehidupan nya. Absurditas dalah kesadaran tajam manusia atas ketidakmasukakalan dan kontradiksi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Lalu camus mengibarkan suara pemberontakan terhadap hidup yang telah diancam penyakit dan kematian itu, memberontak terhadap waktu dan kematian yang telah membatasi eksistensi manusia sendiri. Tanpa tahu dari mana dan mau kemanakah kita, dengan dibayangi kematian itulah, manusia terapung dan dikepung dengan keterbatasan eksistensi.

Lalu bagaimana yang bisa dipetik dari camus saat dirinya menceritakan tentang itu semua, camus mewanti-wanti perihal tidak harus berselisih untuk menjawab pertanyaan sebab dan tujuan kita ada, bahwa diri sebagai individu dan kolektif untuk tidak takluk di depan kejahatan absolute. Ini katanya mewujudkan sikap ringkih dan bertanggung jawab atas diri para korban absurditas eksistensi.