Kamis, 22 November 2007

MAAF KAN.....

apa itu "maaf"...kenapa kita harus meminta "maaf" ...

Kata maaf sering terdengar saat teman, keluarga juga kerabat mempunyai kesalahan. biasanya segala tindakan dianggap nyeleweng dan menyakitkan, maka kata dan langkah yang paling bisa diterima oleh lawan bicara juga lawan pertemanan adalah kata 'maaf'. secara tidak langsung kalimat tersebut boleh di utarakan jika kita berada dalam posisi bersalah karena menganggap ungkapan dan kebenaran yang kita yakini menyinggung banyak orang.

Dengan kata maaf memberikan kesan kita dalam posisi rapuh dan tidak bisa berbuat apa-apa. seolah-olah kata maaf memberikan ruang bagi subjek untuk mengakui kata bersalah. kenapa orang selalu memposisikan dalam kerangkeng bersalah dan rafuh, biasanya ada harapan yang terlalu jauh untuk sebuah perubahan baik dalam tingkatan eksistensi atau membuat citra didepan meja kehakiman umat manusia.

Kalau boleh komentar, kata maaf, sebagai langkah pencitraan diri manusia yang membiarkan dirinya pada status moral budak, meminjam istilah nietzche filosof dari jerman. sepengetahuan ku tentang filosof satu ini, banyak kebudayaan dan pemahaman tentang jati diri manusia terkontaminasi pada sebuah desain dan kerangkeng kekuasaan dogamtisme. kata maaf bagian dari lebel kekuasaan kalimat yang memberikan jarak antara subjek dan objek. diri yang bersalah dan diri yang tidak bersalah.. kalimat maaf memberikan kesan perbedaan status manusia di hadapan kebenaran mutlak.

Kenapa pula manusia harus meminta maaf, saat melakukan segala tindakan yang dianggap diluar batas kenormalan agama misalnya, atau di luar batas kesusilaan dan sistem sosial. seperti hal nya digambarkan diatas, kata tersebut selalu memberikan jarak antara aku sang hamba dan tuhan sang kholik dalam tradisi agama. atau aku sebagai budak dan tuan sebagai pemilik. jika kemudian saya melihatnya sebagai media dan cara untuk memperbudak identitas diri manusia sendiri.

Selain itu dalam pengertian dogma agama, kata maaf memberikan pengertian perihal upaya pemurnian diri, untuk menemukan hakikat dirinya di depan sang maha kholik. ritualitas dan norma diajurkan agama bagian langkah upaya pemurnian diri dari hal-hal yang tidak wajar. begitu juga dengan kata maaf, karena sejumlah kalimat dan tasbih di kumandangkan boleh jadi kita akan menemukan perihal siapakah tentang diri kita semua..