Jumat, 20 Juni 2008

MENARI BERSAMA PEREMPUAN

Perjumpaan bersama nya di kota ini,….

Apalah arti perpisahan jika menjadi sebuah keharusan, berharapan untuk kembali menuai sebuah cerita hidup, rangkaian perjalanan tuk bersama nya dalam menari tidak untuk menolak …,

Perpisahan juga perjuampaan bagi domine layaknya menjadi sebuah keharusan, berjumpa bersama perempuan yang masih bisa menikmati dalam bingkai cerita untuk bermmpi besama nya.
sambil mengndarai sepeda motor keduanya hendak pergi menjelajah kawasan bandung selatan, waktu terus berlanjut, satu jam kemudian domine masih bisa merasakan hangat seduhan teh tubruk tradisional ala kota bandung. aku duduk berdua bersama perempuan ku yang biasa ku panggil icha. sosok perempuan yang pandai berbahasa asing , juga mempunyai hobi hampir mirif dengan ku,
bercengkrama bertutur dan bercerita sambil di temani teh tubruk tradisional di warung gadai bandung selatan, malam itu terasa amat sangat berbeda.
Ah kok pahit rasa nya teh nya….., Masa sih, aku mengelak,
Biasanya teh buatan warung ini enak rasanya dan bau segar…., Mungkin kamu lupa tak diberi gula ,… icha pun menggerakkan badan dengan merubah posisi duduk ..,

icha meminta dan bertanya Gula mana...,
Ku seobekan gula yang masih terbungkus kertas putih dalam bahasa china,

Nah ini dia, gula bisa membuat beda rasa dari teh aslinya.,,
icha langsung menolak, Masa sih, gula nya sedikit bisa hilang rasa pahit , kata nya .

sambil meratap kelembutan sosok wajah icha , tak henti-henti membayangkan. irama menari dalam perjumpaan

Tak terasa berdampingan di kedai dengan menikmati cuaca dingin malam, memberikan arti jelas tentang penjumpaan.

para Pemilik warung gedai sering melihat kami berdua, layak nya sebagai seorang pedagang, membeli dua gelas teh tubruk hingga berjam-jam kembali kami berdua memesan kembali teh tubruk tradisional.

Ratapan icha pada malam itu, terlihat semakin tajam, terdengar suara desah kehangatan, dalam nada perjumpaan hakiki, teh tubruk di minum hingga akhirnya memberikan warna dan kepastian jika sebuah perjumpaan dalam tarian tubuh nya tentu akan berakhir seketika.

Icha pun menarik napas dalam, kehadiran sosok domine di sisi nya kerap kali terlalu berat untuk dinikamati,..., Satu jam sudah domine bersasamanya, perpisahan yang dikehendaki nya tak juga datang. untuk memutuskan nya keduanya langsung meninggalkan lokasi,

dalam perjalanan nya telepon gengam icha terus berbunyi, ada nada panggilan segera untuk menghubungi kembali, namun icha akhirnya tak juga menanggapi,,

seduhan teh untuk kedua kali nya, dengan gambar dan logo berbeda. gambar nya kolonialisme. catatan dan syarat kesetiaan,...,

Tidak perlu , kita menunggu teh untuk diseduh, kata domine
Sekarang kamu sudah terbiasa, rambut urai perempuan dibereskan segera

logo partai kolonialisme telah merampas hati nurani kami berdua, harta karun kenikmatan telah di bawa dalam medan perpisahan bersama sang penjajah.,,

tak lama kemudian Telepon icha kembali berbunyi, suara laki-laki terus meminta untuk di jawab. tak lama kemudian icha menangis tersedu-sedu. akibat telepon tidak berbalik icha berteriak dan meminta pulang.

Rasa was-nampak terlihat dari raut wajah icha, kami berdua kembali pulang dan domine pun mengantarkan nya.

Setiap malam di lalui nya, dengan tidak berharap, kebiasaan dalam rayuan dan buaian dilalui bersama harapan mimpi bersama sebuah lukisan perempuan pribadinya.
feri wahyudin
anak bangsa