MANUSIA MANA NU SIA.....
Engkau taburkan bunga kehidupan di setiap penjuru kota besar ini, kebesaran nama nya membuat banyak orang mengadu nasib di jantung kota. Engkau pasti rasakan bagaimana suasana malam mencekam diri tanpa teman dan saudara. pil pahit kehidupan malam kota besar telah aku rasakan, gelap nya malam dinginnya angin membuat aku kalang kabut dibuatnya. Ah.. engkau tertawa riang menertawakan kita semua, padahal kami disini juga sama-sama manusia, seperti mereka. Tak ada duka menelusuri jejak langkah jantung kehidupan malam kelam kota besar. ini jalan setapak harus aku lewati sejenak , walaupun kau anggap ritme ini begitu menjengkelkan banyak orang. Bagi kami dunia lain adalah mungkin, seperti hal aku ketahui jejak dari guru kami, perjalanan panjang menghampiri air sebenarnya hidup adalah proses untuk menjadi lebih sempurna. Kau ketahui bersama diri ini memang masih berada dibagian titik titik kehidupan orang lain, dalam langkah tak tertuju aku akan menjadi titik itu sendiri dan tidak bagian dari banyak orang. Meskinya engkau ketahui bagaimana proses itu berlangsung, dalam menungkan arti sebenarnya maksud kehidupan dan menjadi manusia sesungguhnya.
Pertemuan di meja persidangan di sebuah lembaga pemberitaan, memang tak membuat suasana begitu menggembirakan, nada tinggi berbicara apa yang mungkin terjadi kini dan sekarang adalah omongan tanpa makna. Tapi aku yakin apa yang ada dalam pikiran, nada , kata dan kalimat ini membuat banyak orang terkabum dibuatnya. Meski sesekali aku sering mempertanyakan tentang keberadaan disini dan sekarang. Pertanyaan yang erap kali muncul berupa pertanyaan tentang pencarian saat ini?
Penelusuran dan pencarian jejak jalan kehidupan sebelumnya, tak membuka pula pintu nasib diri lain. Kendala pertemanan dan perkenalan dengan berbagai bidadari tak membuat sinar menerangi jalan ini. Padahal aku harapkan itu semua membuat menemukan jurus baru yang bisa menyelesaikan itu semua.
Penelusuranku terhadap pemikiran pramoedya anata toer akhir-ahir ini, sesekali ada angin segar ku dibuatnya. Minke dalam novel bumi manusia, sesosok manusia tak kenal menyerah dan mengeluh apa yang ada dihadapannya. Dirinya berbicara tentang manusia yang cinta bangsa nya sendiri. Dirinya berbicara bagaimana penindasan kerap kali diterima di kehidupannya sendiri, tetapi apa yang ia katakana tentang itu semua, semua adalah keuatan yang harus ia lawan. Aku pahami betul minke adalah pigur tokoh yang tak mengenal rasa lelah, jejak dalam penelusuran perjuangan dirinya menemukan sang aku yang berbicara adalah lama. Ia harus mencicipi penindasan oleh kolonialisme penjajah dan juga poitik orde baru. Gagasan tentang lembaga kebudayaan juga nasionalis tak mudah diterima oleh kelompok lain yang tentu juga berbeda standar politik praktisnya. Apa yang didapat dari itu semua, nilai naionalisme dan kegigihan tak pernah menyerah kepada dunia dan kehidupan.
Padahal untuk menjadi sekarang pram harus menunggu lama hamper puluhan tahun lamanya, tetapi pram juga komitmen terhadap apa yang dipikiran tentang itu semua. Bagi kami dunia politik adalah dunia bohong, dalam kata itu janji dan kebohongan menjadi arena pertarungan siapa kuat dialah menang. Bohong dan mengobar janji bagian dari seni untuk mendapatkan secara mudah didapat. Dengan bohong itu pula nilai keindahan didapat dari semua janji. Apa kata sindunata tentang itu semua? Orang semua tahu, bahwa penggerak politik bukanlah kebenaran tetapi kepentingan. Kepentingan kelompok yang berada di atas kekuasaan adalah unsure yang paling menentukan dalam langkah politik. Demi kepentingan itu semua, semua orang terpaksa berbohong dan mengobral janji. Sampai ada sebagian orang bilang politik adalah bangunan pas bagi orang pendusta dan pembohong. Realitas seperti itu tidak perlu ingkari dan hindari. Yang paling penting kini adalah bagaimana mengimbangi terus menerus untuk mengadakan pengontrolan terhadap nya, mungkin disinilah peran media sebagai bagian dari perubahan social dan pendidikan masyarakat, meski kita aui masih ada kecenderungan dan kepentingan sesaat. Kepentingan untuk mengadakan pengontrolan itu bukanlah hal kebenaran abstrak, tetapi kepentingan umum yang konkrit seperti kesejahteraan dan keamanan bagi warga bangsa ini.
Sekarang mungkin adalah kenapanya manusia itu kerap kali tetap bertahan di dunia kebohongan dan pendustaan, meski itu semua sangat menjengkelkan kita semua? Jawabannya ada dalam falsafah jawa tentang malima- yang artinya lima larangan perbuatan terhadap manusia. Yakni larangan maling, mabuk,main,madat dan madhon yakni main cewek. Seruan moral tentang lima larangan ini kerap kali ditujukan kepada orang miskin, karena tentang lima itu sering kali lepel social itulah selalu identik dengan larangan tersebut. Tetapi kemudian seruan moral yng bernuansa nilai transenden ini meski di rekontruksi pemaknaan dan juga ditafsir ulang terhadap nilai yang berada di dalamnya, meski kelihatannya ada nilai transenden didalamnya. Karena menurut sebagian kalangan hermeneutic dalam ma lima ada kekurangan penafsiran yang nota bene arti tunggal.
Boleh jadi ma-lima bukan sebagai larangan tetapi perbuatan yang meski dipemiliki orang masa kini, misalnya arti dari maling, satu kebiasan yang perlu di turuti dan dijiwai. Seorang yang berprofesi sebagai maling, sering kali tekun dan junun untuk menuaikan kehendaknya, saat dia mau melakukan maling, sejurus kesabaran menunggu watu malam, kesabaran menunggu orang terlelap dan juga tida marah jika ada gangguan hewan dan juga keamanan. Jadi jangan diambil arti dari ambil golok dan juga membongkar rumah mewah tetapi malah sebaliknya.
Boleh jadi, kata mabok adalah nilai kejujuran dari kata tersebut, sering ditemukan di banyak komonitas, orang mabok selalu berbicara apa adanya, dia tidak malu untuk ditertawakan untuk berbicara apa adanya. Ia sering ali menari dan bernyanyi serta melepaskan keakuannya dan hidup apa adanya dengan melepaskan topeng dalam dirinya.
Boleh jadi, kata main diartikan sabagai nilai yang harus diambil dalam sisi kejelian dan ketepatan untuk tidak mengeluarkan kartu salah. Orang yang bermain, bersemboyan kita harus menang dan tidak kalah. Pikirannya harus ditujukan kepada kartu yang akan dikeluarkan dengan bebagai perhitungan. Maka orang yang bermain, tidak ingin kalah untuk kedua kalinya dan tidak ingin jatuh untuk kesekian kalinya. Maka orang yang sering ber main, bagian dari kelompok manusia yang tak pernah mengalah dan tidak mudah menyerah. Maka orang yang main adalah manusia yang teliti penuh perhitungan dan kejituan dan kejelian untuk mendapatkan ketepatan.
Boleh jadi arti madhon, diambil nilai berganti pacar dan wanita sebagai sebuah nilai kerapihan yang diambil dari prilaku yang disergap mencintai. Biasanya orang yang jatuh cinta selalu menjaga kerapihannya dan penampilannya.
Boleh jadi madat diambil arti sebagai sebuah keringanan dalam menghadapi hidup, karena orang yang kecanduan selalu melayang, menari dan enteng. Dengan hidup dilandasi madat, menjadikan dirinya berada dalam bersyukur terhadap kelebihan yang dimiiki manusia. Ia menganggap bahwa manusia ini diciptakan untuk tidak mengeluh akan kekurangan dan bersyuur terhadap kelebihannya. Berarti pula hidup dengan madat ini, mengartikan hidup memang enteng, ringan,senang dan penuh syukur.
Sebagaimana kata dan plesetan lainnya, ma lima juga bisa juga di artikan lain dari biasanya, karena kata ini memelukan arti yang plural dan tidak tunggal. Ma-lima ini ingin sekali diartikan dalam kacamata dan sudut pandang yang berbeda-beda. Karena jika mengambil dari itu semua dari sudut biasanya, akan mengeluarkan sejumlah arti yang sempit. Seperti nilai etnik lainnya, ma-lima mengundang sejumlah penafsir termasuk kita didalamnya untuk berkata lain tentang itu semua, karena etnik menurut sebagian pengamat akan menjadi omong kosong meski di gembar gemborkan, jika memang dinilai sudah tidak efektif. Maka katanya kata itu harus berani di simpan dalam wacana etnik dan moral secara kritis.
Karena ma-lima di tempatkan di wilayah etnik berwacana maa kemudian kata tersebut harus disikapi secara kritis. Setiap nilai etni pasti mempunyai nilai sejarah, pengalaman real dan kaitan terhadap putusan yang diambil. Sebab sebuah nilai etnik tidak mungkin ada begitu saja dan tanpa ada keterkaitan sejarah sebelumnya. Maka oleh sebab itu orang perlu sumber-sumber yang bisa dipercaya dalam melahirkan nilai moral tersebut.
Karena demikian, maka sejumlah pengalaman yang melahirkan nilai etnik seperti itu pula harus di daur ulang sesuai dengan tingkat pengalaman berbeda dan sesunggungnya nyata dalam alam realitas kita disini dan sekarang. Meminjam istilah diperlukan keberanian merekontruksi arti nilai sebuah etnik ma-lima. Agar kerasan dan dinikmati arti sesungguhnya, maka upaya itu sebagai langkah menemukan autensitas penghayatan.
Lantas kemudian bagaimana sebuah nilai bisa dihayati jika memang kita terjauh dari perjalanan dan kebiasaan yang melingkupi itu semua. Kini yang diperlukan semua adalah penafsiran personal dan autentik, agar sepaham dengan para heurmeneutik yang disebut bagiku apakah makna dari semua yang kujumpai itu?
Maka sebagian menilai bahwa perbutan ma-lima adalah perbuatan setiap orang, tidak begitu betul jika perbuatan ma-lima di identikan terhadap kelas social golongan kedua, atau dosa-dosa orang kecil, atau perilaku menjijikan masyarakat bawah. Jika demikian akan merasa sempit saat pengertian ma-lima dijadikan konsep moralitas, dan tak pernah mengkritisi sebagai sebuah konsep dasar moralitas. Maka boleh jadi kita akan terjebak pada hiper-moralitas yang tidak relevan lagi terhadap perkembangan jaman.
Dalam karya sastra centhini ma-lima ditolak menjadi moralitas manusia.
Centhini merupakan teks sastra, apa yang dilukiskan centhini bukan semata-mata fakta, melainkan interpretasi dari fakta tersebut. Kisah ma-lima bukan hanya sekedar orgi faktua, melainkan interpretasi dari orgi dalam segala bentuknya yang kemudian dilihatnya sebagai peristiwa pembebasan.
Apa itu orgi? Orgo merupakan suatu protes social terhadap segala pembatasan social yang menyesakkan. Orgi melanggar apa pun yang dalam hidup harian dan dipatuhi. Maka orgi sebagai bentuk yang ekstrem, maka kepatuhan selalu dinilai bukan kesetujuan, melainkan keterpaksaan. Dengan orgi masyaraat mau menunjukkan ia tidak patuh lagi terhadap kepatuhan tersebut. Maka kemabukan dan main wanita bagian dari bentuk perlawanan warga terhadap kejengkelan terhadap peraturan yang telah mengekang kebebasannya.
Maka cerita sastra centhini bagian dari upaya social yang menolak terhadap upaya pengekangan dari peraturan moralitas tersebut. Munculnya orgi di masyarakat bentuk kejengkelan terhadap tuntutan tersebut. Namun boleh jadi moralitas tersebut diartikan sebagai teks dari pakta tetapi jauh dari upaya nterpretasi dari fakta tersebut yang membuat mereka muncul dengan wjah berbeda dari sebelumnya.
Misalnya, kata maling kerap kali kita mengidentikannya dengan prilaku orang kecil atau rakyat bawah. Padahal sebenarnya, maling juga bisa di seret ke orang berdasi. Maka dari itu telah terjadi ketidakadilan pengetian darikata maling, moralitas ma-lima seperti ini lah yang dalam naskah centhini ditolak. Karena kerap kali melahirkan ketidakadilan teks, maka dari itu kita perlu mengkritisinya. Jika sedikit menilik prilaku ma-limo ala sindhunata misalnya, kita akan dibawa ke area yang lebih luas.
Apa kata mereka
Apa kata mereka tentang perjalanan memang dihiasi dan dihinggapi berbagai rintangan dan tantangan. Jika mungkin dikemudian hari engkau menemukan jejak yang sama tapi berbeda engkau akan mudah melewati, sebab itu semua dikehendaki sesuai dengan kelayakannya disebut manusia unggulan. Mengaumsikan perihal jasad dan makhluk satu ini, berbagai pemiir kerap kali kebingungan makhluk unik yang satu unik, memang benar unit. Apakah anda unik. Kata hernowo keunikan sesorang adalah bagaimana sesuatu itu dilihat dengan memakai kacamata berbeda dengan sebelumnya. Karena realitas ini adalah area menafsir, hanya kekuatan dan cara pandang itu lah manusia akan menemuan eksistensi keutuhan dirnya disebut manusia unggulan. Bagaimana misalnya cara pandang tentang palsafah ma-limo sempurna misalnya. Atau mungkin kebiasaan manusia melaukan rutinitas keseharian yang diidentikan dengan kebiasaan orang kecil. Padahal maling dan mabuk bagian dari kebiasaan politikus dan juga kekuasaan. Mungkin karena dengan it lah dirinya akan diketahui . Hernowo misalnnya mengajak kepada kita untuk membuka tabir wajah dan kedok ini dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dilihat. Tentu juga dihinggapi dengan kepentingan dan keinginan yang sesaat. Hingga detik ini aku berusaha belajar k area itu….
Ah kau harus coba kembali menulis, penulis besar lebih dulu meninggal kan kamu